Sabtu, 05 September 2015

Tugas Individu Diary OSMB ke Tiga

Dir diary..
Hari ini adalah hari dimana saya mengikuti kegiatan PKKMB yang ke tiga. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Mulai dari bekerja sama dengan sesama anggota kelompok dan masih banyak yang lainnya. Di hari ini juga saya banyak mendapatkan motivasi dari para pembicara dalam kuliah umum tadi. Salah satunya yaitu Ibu Prof. Dr. dr. Adik Wibowo, M.P.H. sebagai guru besar UI yang banyak sekali berbagi pengalaman kepada para mahasiswa. Kisah perjalanan hidupnya sangat inspiratif dan patut di contoh. Tak hanya itu, prestasi beliau amat sangat membanggakan. Salah satunya yaitu pernah menjabat sebagai ketua WHO di beberapa negara. Beliau juga menjelaskan tentang makna kesehatan masyarakat yang sebenarnya. Cara bagaimana para sarjana kesehatan masyarakat untuk memiliki skill dalam menghadapi masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakter dari bermacam daerah. Mencegah dan melakukan suatu penyuluhan kepada masyarakat yang primitif mengenai kesehatan. Dan masih banyak lainnya.
Tak hanya itu, saya juga banyak mendapatkan pengetahuan seputar dunia kesehatan masyarakat dari para dosen. Mulai dari bidang-bidang kesehatan masyarakat dan prospek kerja yang terkait dengan bidangnya. Selain itu, kami semua juga di suruh untuk mempresentasikan tugas yang telah di berikan dari panitia PKKMB. Menilai salah satu keadaan lingkungan di sekitar kampus kesmas, dan kemudian di presentasikan oleh salah satu anak yang ditunjuk SC. Setelah itu kami juga harus mempresentasikan tugas kelompok yang berisikan sesuai dengan nama kelompok masing-masing. Tujuh dari lima belas anggota kelompok akan disuruh maju untuk mempersentasikannya. Salah satunya saya yang kebetulan ditunjuk sebagai penarik kesimpulan.

Dari kegiatan inilah pengetahuan saya semakin berkembang. Mulai dari cara membuat makalah yang baik dan benar penulisannya, membuat powerpoint yang baik ketika hendak digunakan untuk presentasi, sikap dan cara kita ketika berpresentasi, cara menjawab ataupun menyanggah pertanyaan. Dan masih banyak lagi. Tentunya tak lupa juga, di kesempatan kali ini saya banyak mendapatkan trik  cara berbicara yang baik di muka umum, untuk berlatih public speaking agar kita sebagai sarjana kesehatan masyarakat mampu berbicara di muka umum dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat dan kesehatan, mampu bersaing dengan para sarjana kesmas yang ada di Indonesia maupun dunia.serta yang lainnya. Walaupun hari ini sangat melelahkan, tapi pengetahuan yang saya dapatkan di hari ini amatlah sangat menginspirasi diri untuk berorientasi ke masa depan. Agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Jumat, 04 September 2015

Tugas Individu Diary OSMB ke-2

Dir dairy..
Hari ini adalah hari di mana saya mengikuti kegiatan PKKMB jurusan yang ke dua. Di kegiatan PKKMB kali ini saya banyak menemukan pengalaman. Banyak kekonyolan juga yang saya jumpai. Tak ketinggalan juga perasaan tegang juga pasti ada. Kali ini di waktu pagi hari, seperti biasahnya para peserta OSMB mengikuti apel pagi. Setelah itu kami semua memasuki sebuah ruangan untuk mendapatkan beberapa materi yang telah disediakan. Ada beberapa materi yang di jelaskan dari beberapa dosen maupun dari kakak tingkat yang mengikuti suatu organisasi. Yaitu tentang PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) dan UKM, Mirracle, visi dan misi jurusan kesehatan masyarakat, prospek kerja kesehatan masyarakat, dan masih banyak lagi.
Pada waktu materi PKM sendiri kami semua dijelaskan apa itu pkm, cara kerjanya, dan macam-macam PKM. Di jurusan kesehatan masyarakat sendiri terdapat macam-macam PKM yaitu PKM penelitian (PKM-P), PKM pengabdian kepada masyarakat (PKM-M), PKM kewirausahaan (PKM-K), PKM karsacipta (PKM-KT), PKM artikel ilmiah (PKM-AI), PKM gagasan tertulis (PKM-GT), PKM penerapan teknologi (PKM-T).
Seperti biasahnya, kami semua juga harus mengumpulkan tugas-tugas individu, kelompok, maupun angkatan. Pada tugas angkatan sendiri kami disuruh melakukan kegiatan senam bersama. Dan pada saat itu kebetulan koordinator angkatan kami lupa membawa flashdisk, alhasil akhirnya kami semuapun melakukan gerakan senam dengan dipimpin tim hore. Tak ketinggalan juga, kami semua disuruh untuk melakukan suatu permainan yang saya rasa sangat amat begitu melelahkan. Pada sistem permainan tersebut kami semua diberi suatu denah lokasi yang harus dikununjungi oleh setiap kelompok. Dan ada salah satu pos bersyarat yang memiliki sebuah konsekuensi. Memang sangat melelahkan dan sangat menguras tenaga. Karena kami semua harus berlarian agar dapat menempati suatu pos yang masih kosong.
Pada mulanya kelompok saya mendapatkan beberapa medali perak dan satu medali emas. Memang lumayan banyak, akan tetapi kelompok saya harus rela merelakannya. Karena pada pos bersyarat kami disuruh melakukan suatu permainan yang hanya dilakukan oleh satu orang saja. Sistem permainannya satu orang yang telah dipilih anggota kelompok tersebut harus bisa mengingat dan menyelesaikan permainan tersebut dengan benar. Dan jika salah maka koin-koin yang telah kita kumpulkan tadi akan diambil. Kebetulan kelompok saya kalah, dan akihrnya kami pulang tidak membawa satu poin sepeserpun. Disinilah kami harus mampu menerima kekalahan dan konsekuensinya. Kami semua dilatih untuk bersabar dan tetap otimis.

Dalam kegiatan PKKMB kali ini saya banyak mengambil pelajaran yaitu belajar untuk bersabar, belajar mengumplkan tugas tepat waktu, belajar kerjasama antar anggota kelompok, solid, dan yang terakhir tetap bersatu dan bisa memahami satu sama lain.

Jumat, 28 Agustus 2015

Tugas Kelompok Biografi Tokoh Kesehatan

essay biografi tokoh kesehatan
Biografi dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH.
Di Indonesia terdapat banyak tokoh yang berperan di bidang kesehatan. Salah satunya dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH. Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 1 Februari 1955 dan menutup usia pada umur 57 tahun di Jakarta tanggal 2 Mei 2012.  Beliau sempat menjabat sebagi Menteri Kesehatan pada Kabinet  Indonesia Bersatu II sejak 22 Oktober 2009 hingga 26 April 2012. Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes. Ia bersuamikan Dr. Reanny Mamahit, SpOG, MM (Direktur RSUD Tangerang) dan memiliki dua putra dan satu putri. Putra pertama bernama Arinanda Wailan Mamahit, putra kedua bernama Awandha Raspati Mamahit, dan anak putri paling kecil bernama Rayinda Raumanen Mamahit
            Riwayat pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah beliau pernah meraih gelar sarjana di salah satu universitas ternama di Indonesia yaitu Universitas Indonesia pada tahun 1979 dari Fakultas Kedokteran. Kemudian beliau melanjutkan studi untuk meraih gelar magister dan doktor dari Harvard University, USA. Beliau mendapatkan gelar Master On Public Health pada tahun 1992 dan Doktor Kesehatan Masyarakat pada tahun 1997.
            Perjalanan karir beliau di Dinas Kesehatan cukup panjang. Selepas kuliah di FKUI, beliau sempat bekerja di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, pada 1979-1980. Kemudian, pada 1980-1983, beliau berangkat ke Nusa Tenggara Timur. Di lokasi ini, beliau menjabat Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Waipare, NTT. Lalu, dia berlanjut tugas kembali ke Jakarta. Beliau dipercaya bertugas di Dinas Kesehatan Provinsi DKI pada 1983-1997. Tidak hanya di level lokal dan tanah air, karir beliau juga terbilang gemilang di kancah dunia. Di Badan Kesehatan Dunia (WHO), beliau memegang peran penting. Beliau menjabat penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di Jenewa, Swiss, tahun 1997-2006. Karir beliau terus memuncak, hingga menjadi koordinator riset Avian Influenza tahun 2006. Beliau  pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Departemen Kesehatan sejak Februari 2007, sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pengangkatan Endang sebagai Menteri Kesehatan menuai kecaman dari sejumlah pihak. Relawan Medical Emergency Rescue Committee atau MER-C, M. Nur Salim, dalam konferensi pers di kantor MER-C di Kramat Lontar, Jakarta, menilai pengangkatan Endang sebagai menteri merupakan pelecehan kalangan dunia kedokteran. Guru besar Universitas Indonesia Nila Juwita Moeloek tak dipilih sebagai menteri oleh SBY, padahal sebelumnya telah dipanggil presiden di Cikeas. 
Pada tahun 2010, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan RI melarang beredarnya iklan susu formula karena tidak sesuai bagi pertumbuhan bayi. Selain itu, beliau juga memperjuangkan pelarangan iklan rokok di televisi. Langkah beliau ini didukung banyak pihak dan masyarakat Indonesia.
Penghargaan yang pernah beliau raih yaitu Presentasi Poster Terbaik ke-3 pada Konferensi Asia Pasifik ke-3 tentang Perjalanan Kesehatan, Penulis Artikel terbaik ke-2 Badan Litbangkes 2000,  Sulianti Award        APACPH (Asia Pacific Academics of Public Health) Award.
Karya yang pernah dibuat oleh beliau adalah : Pengembangan Jaringan Virologi dan Epidemiologi Influenza di Indonesia tahun 2007, Karakteristik kasus-kasus flu burung di Indonesia, Juli 2005-Mei 2006, Kajian penelitian sosial dan perilaku yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (HIV/AIDS)  di Indonesia tahun 1997-2003, lebih dari 50 artikel di jurnal nasional dan internasional.
Pada 26 April 2012 Endang mengundurkan diri dari kabinet terkait dengan kondisi kesehatannya. Pada tanggal 2 Mei 2012 beliau meninggal dunia karena kanker paru lanjut di usia 57 tahun di RSCM, sekitar pukul 11.41 WIB.

Tugas Individu Kebijakan Pemerintah di Bidang Kesehatan

Kebijakan Pemerintah terhadap Kesehatan orang Miskin

Mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan di negeri ini agaknya membuat gelisah bagi rakyat kalangan bawah. Orang miskin selalu menjadi topik pembicaraan, dari masa ke masa, dan akan lebih gencar dibicarakan ketika ada momen-momen seperti pilkada, atau pemilihan umum. Ada yang berbicara dengan hati nuraninya ada juga yang berbicara sekadar menebar pesona. Namun alhasil tetap saja orang miskin tetap miskin dan sulit mendapatkan pelayanan seperti pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis dan pelayanan lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Meskipun telah dilakukan perubahan-perubahan kebijakan pemerintah yang dilakukan terhadap orang miskin, namun tetap saja mereka dapat dikatakan belum bisa layak dalam memperoleh haknya. Apalagi kalau  mereka sakit, pastilah banyak sekali beban-beban yang didapatnya. Mulai dari membayar obat-obatan, membayar kamar inapnya, dan bahkan banyak butuh uang untuk melakukan operasi. Ketika radiologi, tes-tes laboratorium pendukung juga melambung harganya, bahkan askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin) terakhir kemarin sudah dibatasi. Askeskin hanya bisa diberlakukan di beberapa rumah sakit, dan hanya untuk penyakit-penyakit tertentu saja. Mungkin disitulah letak kesulitan bagi mereka.
Khusus untuk pelayanan kesehatan kalau kita amati pemerintah telah berupaya membuat kebijakan berupa program untuk pelayanan kesehatan orang miskin terutama sejak krisis ekonomi melanda Indonesia. Programnya sendiri selama kurun waktu 10 tahun telah mengalami perubahan kalau tidak salah lebih dari empat kali. Mulai dari social safety net (jaring pengaman sosial bidang kesehatan) kemudian berubah menjadi program JPKPSBBM (Jaminan Pelayanan Kesehatan akibat Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak), kemudian berubah menjadi program Askeskin, dan terakhir diberlakukannya program Jamkesmas (Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat). Begitu pedulinya pemerintah kepada rakyat miskin. Pemerintah menyediakan anggaran untuk program pelayanan kesehatan dan selalu rajin melalui evaluasi terhadap pelayanan kesehatan terhadap orang miskin.

Namun menurut saya itu hanya suatu wacana kebijakan saja, karena pasalnya kebijakan-kebijakan tersebut  masih belum terjangkau atau bahkan belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh rakyat miskin yang ada di indonesia. Karena tanggung jawab rakyat miskin bukan hanya pada pemerintah pusat saja. Melainkan pemerintah daerah juga seharusnya harus bisa lebih solid dalam melayani atau memberikan pelayanan kesehatan tanpa adanya suatu tindakan diskriminasi. Harus diberi tanggung jawab bagian mananya pemerintah pusat, bagian mananya pemerintah daerah bertanggung jawab. Kalau saling menyalahkan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah jelas ini ada ketidakjujuran dalam pembentukan suatu kebijakan. Dan alhasil rakyat miskinlah yang menjadi korbannya dan bahkan mungkin tidak bisa merasakan hak-hak kesehatannya. Seperti halnya kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) yang diberlakukan pemerintah pada rumah sakit yang dimiliki pemerintah merupakan kebijakan yang mungkin masih belum bisa diterima semua pihak, termasuk masyarakat miskin. Menurut saya hal ini lah sangat miris jika di dengar karena seharusnya pemerintah harus bertindak tegas dalam menjalankan suatau kebijakan, bukan hanya mengedepankan suatu teori saja tapi pada kenyataannya praktinya hanya sia-sia. Apalagi Biaya jasa dokter, khususnya dokter spesialis, masih belum terjangkau sebagian masyarakat. Belum lagi harga obat yang cukup mahal dan semakin lama pasti semakin menggila. Dan masih banyak yang lainnya. Kebijakan BLU (Badan Layanan Umum) sendiri seharusnya mampu memberikan keringanan kepada rakyat miskin. Namun mungkin itu hanya suatu opini saja. Akan tetapi tidak semua masalah tersebut kita dapat menyalahkan pemerintah. Karena pada dasarnya kita semua sebisa mungkin harus memiliki rasa peduli terhadap sesama manusia. Terlebih lagi kepada masyarakat yang kurang mampu.

Tugas Individu Artikel Tentang Promkes


Beberapa definisi promosi kesehatan telah dikemukakan, salah satunya definisi Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).

Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanyamenekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat..
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian, sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).
Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi kesehatan, yaitu :
1. membangun kebijakan kesehatan publik
2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
3. memberdayakan masyarakat
4. mengembangkan kemampuan personal
5. berorientasi pada layanan kesehatan
6. promote social responbility of health
7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
Pada realitasnya, area-area promosi kesehatan itu harus dilakukan dengan menekankan pada prioritas supaya pelaksanaannya lebih terarah, efektif dan tepat sehingga tujuan tercapai. Pada tahun 2011 sampai dengan 2016 area prioritas promosi kesehatan, adalah
1. social determinant of health, yang termasuk determinan sosial untuk kesehatan ini adalah kebijakan-kebijakan kesehatan, health equity, kesenjangan social termasuk juga persoalan-persoalan ekonomi.
2. noncommunicable disease control and prevention. Di Indonesia, data penyakit tidak menular sebagai berikut, proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi (31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (0,83%), diabetes melitus (1,1%) dan diabetes melitus di perkotaan (5,7%), asma (3,5%), penyakit sendi (30,3%), kanker/tumor (0,43%), dan cedera lalu lintas darat (25,9%). Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai 15,4%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1%), penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. Faktor risiko penyakit tidak menular meliputi pola makan tidak sehat seperti pola makan rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gula berlebih, kurang aktifitas fisik (olah raga) dan konsumsi rokok. Artinya bahwa perubahan pola penyakit di atas sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Penyakit tidak menular menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan.
3. health promotion system, berkaitan dengan infrasturktur atau hal-hal yang yang mendukung promosi kesehatan, seperti kempetensi, alat dan pengalaman, penelitian dan pengembangan tentunya dengan melibatkan budaya, systemn dan teknologi-teknologi terbaru.
4. promosi kesehatan yang berkelanjutan, melingkupi pendekatan-pendekatan kemitraan, pendekatan lingkungan, pencegahan bencana dan manajement pasca bencana.
Di saat melakukan promosi kesehatan dalam area-area tersebut maka dibutuhkan suatu strategi atau pendekatan-pendekatan tertentu supaya hasil yang didapatkan efektif dan tepat. Keleher, et.al (2007) menyampaikan 5 (lima ) strategi (pendekatan) sebagai berikut :
1. primary care / pencegahan penyakit
2. pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku
3. partisipasi pendidikan kesehatan
4. community action
5. socio-ecological health promotion.
Masing-masing dari pendekatan tersebut mempergunakan metode-metode / teknik yang berbeda-beda, misalnya kita akan melakukan suatu promosi kesehatan yang berkelanjutan (area no 4) maka strategi yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku. Bilamana mempergunakan strategi ini maka media informasi kesehatan, kelompok-kelompok diskusi, pengembangan ketrampilan personal akan lebih tepat sebagai metodenya. Dan tentunya pemilihan pendekatan atau metode selalu didahului dengan community analysis, karena menurut Dignan & Carr (1992) bahwa dalam setiap upaya promosi kesehatan melalui langkah-langkah berikut ini : Community analysis, targeted assessment, program plan development, implementation, evaluation.

Sebagai bentuk kesinambungan promosi kesehatan maka langkah-langkah peromosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010)
1) Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama program perencanaan dan pengembangan.
2) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis yang didapat selama implementasinya.
3) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang akan dicapai,
4) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.
Visi Promosi Kesehatan adalah: “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.

Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.



sumber : http://www.permataindonesia.ac.id/2012/konsep-dasar-promosi-kesehatan.html

Tugas Individu Foto Angkatan Senam

                    

Foto ini menjadi bukti dalam kegiatan latihan kegiatan OSMB jurusan untuk memenuhi tugas angkatan yang di berikan kakak tingkat. Dalam foto tersebut kami mahasiswa universitas Jenderal Soedirman angkatan tahun 2015 jurusan kesehatan masyarakat berlatih senam secara bersamaan. Pada saat itu kami berlatih di sore hari tepatnya di lapangan daerah karangwangkal.
Awalnya kami satu angkatan berkumpul di lapangan tersebut untuk berdiskusi gerakan-gerakan senam. Dalam kegiatan tersebut terbentuklah beberapa gerakan sederhana. Setelah itu kami berlatih bersama. Gerakan-gerakan senamnya cukup sederhana dan tidak terlalu rumit agar mudah dihafal oleh para mahasiswa. Diantaranya ada gerakan mengangkat tangan, menggerakan kaki dan lain sebagainya.

Banyak pengalaman dari kegiatan latihan tersebut, jadi kita sebagai mahasiswa harus bisa solid dan harus kompak dalam satu angkatan serta tidak boleh egois antar sesama, dan selalu semangat meskipun hari itu adalah hari yang paling melelahkan bagi ku.

Tugas Individu Jurnal Internasional

Second-hand smoke – ignored implications
     On an average 5.5 minute life is lost with each cigarette smoked. Smokers have ten times risk of acquiring lung cancer, two times risk of myocardial infarction and six times risk of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Economic costs of smoking should not be forgotten as for purchase of cigarettes, direct medical care cost because of smoking and indirect cost as low productivity, work day loss, excess morbidity, premature death, risk of fire at home or work place. (1)

     There are two types of tobacco smoke, mainstream smoke which is directly inhaled by the mouth of a smoker and side stream smoke or second-hand smoke or passive smoking which comes from burning tip of cigarette mixed with surrounded air. Second-hand smoke is sometimes referred to environmental tobacco smoke. It is a combination of the smoke exhaled by a smoker and the smoke that comes from the end of a burning cigarette. When someone breathes in this smoke, it is often referred to as passive smoking. (2)

     Non-Smokers are frequently exposed to smoke when someone nearby is smoking, which exposed the nonsmokers to health hazards. Non-smokers can be exposed to second-hand smoke in public places, such as restaurants, offices, shopping centers, public transportation, cars, parks, schools, and daycare centers etc. If parents or elderly siblings smoke at home, children are frequently exposed and children are especially sensitive to the toxins in second-hand smoke. Second-hand smoke is as toxic as main stream smoke, although people inhale it in more diluted form. It contains carbon monoxide, nitrosamines and ammonia. Second-hand smoke come from all form of smoking e.g. Cigarette, cigar, pipes or water pipe (Shisha) etc. Tobacco smoke has more than 4,000 chemical compounds, at least 250 are known to cause diseases.

     Second-hand smoke causes lung cancer in adults who have never smoked. Non-smokers who are exposed to second-hand smoke at home or at work increase their risk of developing lung cancer by 20–30%. Second-hand smoke causes more than 7,300 lung cancer deaths among U.S. nonsmokers each year. As with active smoking, the longer the duration and the higher the level of exposure to second-hand smoke, the greater the risk of developing lung cancer.  (4)

     Second-hand smoke causes numerous health problems in infants and children, including more frequent and severe asthma attacks, respiratory infections, ear infections, and sudden infant death syndrome. Some of the health conditions caused by second-hand smoke in adults include coronary heart disease, stroke, and lung cancer. (1, 4)

     Children are particularly at risk for the effects of second-hand smoke because their bodies are still growing and they breathe at a faster rate than adults. A study revealed that second-hand smoke/passive smoking among children leads to acute respiratory illness in children as pneumonia, bronchitis, middle ear problem, cough & wheeze. Similarly passive smoking among adults leads to eye irritation (69% cases), headaches (33% cases), nasal symptoms (33% cases), cough and allergic attacks (33% cases). (6)

     Exposure to second-hand smoke has immediate adverse effects on the cardiovascular system and can cause coronary heart disease and stroke: (2, 4, 5)

    Second-hand smoke causes nearly 34,000 premature deaths from heart disease each year in the United States among nonsmokers. (4)
    Non-smokers who are exposed to second-hand smoke at home or at work increase their risk of developing heart disease by 25–30%. (1)
    Second-hand smoke increases the risk for stroke by 20−30%. (4)
    Second-hand smoke exposure causes more than 8,000 deaths from stroke annually. (4)

     Breathing second-hand smoke can have immediate adverse effects on your blood and blood vessels, increasing the risk of having a heart attack. (2, 3, 4)

    Breathing second-hand smoke interferes with the normal functioning of the heart, blood, and vascular systems in ways that increase the risk of having a heart attack.
    Even brief exposure to second-hand smoke can damage the lining of blood vessels and cause platelets to become stickier. These changes can cause a deadly heart attack.

     People who already have heart disease are at especially high risk of suffering adverse effects from breathing second-hand smoke and should take special precautions to avoid even brief exposures.

     Preventive strategies includes local, state, and federal authorities to enact public policies to protect people from second-hand smoke and protect children from tobacco-related diseases. One should not wait for the government to act. Even if you smoke, you can decide to make your home and car smoke-free. This makes breathing safer and more enjoyable for children and other family members. One should not smoke in the home or around the young children.

     Parents can help protect their children from second-hand smoke by taking the following actions: (7)

    Do not allow anyone to smoke anywhere in your home.
    Do not allow anyone to smoke in car, even with the window down.
    Make sure children’s schools are tobacco-free.

If your state still allows smoking in public areas, look for restaurants and other places that do not allow smoking.